Senin, 25 Februari 2013

Mencoba Mengenal Lebih Dekat Seorang Erik Cantona

Siapa yang tidak kenal seorang Erik Cantona....? Bisa dipastikan semua fans Manchester United pasti kenal dengan Eric Cantona yang merupakan salah satu dari pahlawan Manchester United dimana jasanya sebagai ‘juru selamat’ bagi klub The Red Devils yang sukses dibawanya ke era kejayaan.
Pemain depan asal Perancis ini sendiri juga akhirnya menemukan ‘rumah’ di klub MU di bawah asuhan Sir Alex Ferguson yang mampu memahami dirinya dan mengoptimalkan kemampuannya di lapangan.
Tidak berlebihan kalau sampai kini Eric Cantona sering diidentikkan dengan Manchester United. Tapi itu masih belum terjadi, paling tidak sampai berakhirnya musim 1991/92 dimana Leeds United berhasil juara Liga Inggris musim itu. Kejayaan Manchester United berawal dari sebuah telepon dari presiden Leeds United kepada Martin Edwards (presiden komisaris MU saat itu) yang ingin menanyakan apakah MU berminat menjual Denis Irwin. Permintaan Leeds itu langsung ditolak tetapi pembicaraan itu tidak berhenti sampai disana karena ada secarik kertas dari Fergie kepadanya yang meminta untuk menanyakan tentang kemungkinan membeli Eric Cantona. Martin Edwards cukup kaget karena Eric Cantona merupakan salah satu kunci sukses Leeds United meraih title juara Liga Inggris musim 1991/92. Ternyata menambah kekagetan Martin Edwards,Howard Wilkinson (manajer Leeds) setuju menjualnya dan musim 1992/93, Eric Cantona resmi pindah dari Leeds United ke Manchester United hanya dengan biaya transfer sebesar 1.2 juta pounds. Waktu akan segera membuktikan ini adalah pembelian terbaik Sir Alex Ferguson, yang seperti kata Fergie, Eric Cantona adalah ‘the missing link’ yang selama ini dinantikannya. Sampai kini alasan Leeds United bersedia menjual salah satu aset
terbaiknya Eric Cantona ke rival mereka hanya seharga 1.2 juta pounds masih menjadi sebuah misteri. Walaupun banyak yang mengatakan bahwa pembelian Eric Cantona merupakan sebuah kesalahan besar karena temperamen Cantona yang gampang meledak, tapi Fergie tidak peduli dan demikian juga dengan kebanyakan fans United. Faktanya adalah dengan adanya Cantona berarti MU memiliki salah satu pemain paling berbakat di dunia yang mempunyai kemampuan paling komplet dalam hal merobek gawang lawan. Dan dalam hal ini penilaian Fergie sekali lagi terbukti benar. Siapa yang tidak bergetar mengingat sosok Eric Cantona yang berdiri dengan penuh percaya diri di panggung Old Trafford dengan kerah baju diberdirikan, sebuah trend yang mungkin hanya akan selalu menjadi miliknya pribadi. Denganwimajinasi dan determinasinya , Eric Cantona tidak memerlukan waktu lama untuk membuat seluruh publik Old Trafford jatuh hati padanya. Cantona memberi dimensi lain pada permainan United yang akhirnya mengakhiri penantian panjang mereka dengan memenangkan title juara EPL pada musim itu juga (1992/93), dan diikuti dengan “double” juara EPL dan FA Cup di musim berikutnya (1993/94). Kejadian di Selhurst Park bulan Januari 1995 saat pertandingan tandang Crystal Palace membuyarkan ambisi MU untuk mendapatkan juara EPL tiga kali berturut di musim 1995/96. Akibat “tendangan kungfu” Cantona pada fans lawan yang mengejeknya, ia harus rela mendapatkan hukuman dilarang tampil selama 8 bulan. Hampir saja MU kehilangan Cantona karenanya tetapi sentuhan emas Sir Alex Ferguson akhirnya sukses meyakinkannya untuk tetap bertahan menghadapi cobaan sulit ini. Hasilnya adalah pada musim 1995/96, Eric Cantona melakukan
comeback saat pertandingan melawan Liverpool dan langsung mencetak gol lewat titik penalti. Tidak itu saja comeback Eric Cantona itu juga disertai dengan ban kapten di tangannya,ya Fergie resmi menunjuk Cantona sebagai kapten baru pasukannya. Hasilnya? MU mengulang “double” dengan memenangkan juara EPL mengandaskan ambisi Newcastle dan juga juara FA Cup berkat gol cantik di menit- menit akhiroleh……… Eric ‘The King’ Cantona. Benar-benar ‘Come Back With A Bang ala The King’. Tanpa mengesamping kan sisi gelap Cantona yang pernah mencoreng karir
Pepakbolanya, akan tetapi gaya sepakbola Cantona sangat unik. Acap kali dia terlihat tidak peduli di saat rekan- rekannya sedang berjibaku di lapangan, tetapi tanpa terduga Cantona bisa mendapatkan posisi yang sangat bagus dan memulai kreasinya dengan berbagai operan jitu, mengatur serangan-serangan berbahaya hampir dengan penuh kesempurnaan bak seorang pemimpin orkestra. Selain seni kreasi nan indah, Cantona juga ditunjang dengan fisik yang atletis dan kuat sehingga seringkali ia mampu mengusir pemain bertahan lawan hanya dengan menggerakkan bahunya. Walaupun demikian, pesona Eric Cantona yang paling mengesankan
adalah berbagai gol indahnya. Ada yang disebut dengan istilah ‘rapier’ (gol yang berasal dari tendangan jarak dekat yang dilakukan dengan sangat elegan) atau
‘bludgeon’ (gol yang berasal dari tendangan keras jarak jauh yang juga salah satu spesialisasi Eric), tapi gol apapun hasilnya sama saja –keindahan tanpa cacat. Dan tidak mengherankan kalau dia mendapatkan penghargaan PFA Player of The Year 1994
dan Football Writers Player of The Year 1996, yang merupakan pengakuan untuk kemampuan dan juga persona seorang Eric Cantona. Bahkan Eric Cantona tercatat sebagai pemain asing pertama yang mendapatkan penghargaan sebagai pemain terbaik yang sekaligus membuka pintu gerbang bagi banyak pemain Perancis lainnya untuk berlaga di Liga Primer. Memasuki awal musim 1996/97, Eric Cantona yang sudah berusia 31 tahun terlihat mengalami penurunan performa untuk pertama kalinya!
Walaupun akhirnya membaik dan MU kembali membuka peluang untuk menjuarai EPL musim itu. Akan tetapi kegagalan Cantona memberi kontribusi positif untuk timnya yang mengalami kekalahan di semifinal UCL menjadi peringatan pada seluruh fansnya akan kemungkinan berakhirnya era The King Cantona dan memang demikianlah adanya.
Seminggu setelah MU memastikan title juara EPL, Eric Cantona mengagetkan para fans dengan mengumumkan rencananya untuk pensiun. Mungkin suatu tindakan yang logis karena yang paling tidak diinginkan seorang Cantona adalah performanya perlahan tapi pasti menurun seiring bertambahnya usia; ia ingin datang dan pergi tetap dalam keadaan yang sama yaitu dalam kondisi puncak. Jutaan fans United akhirnya hanya dapat mengucapkan rasa terima kasih dan selamat tinggal sambil meratapi kepergian pemain kesayangan mereka, pemain yang juga sangat berpengaruh dalam perkembangan para pemain muda MU yang
nantinya akan terkenal dengan sebutan Class of ’92.
Pengaruh seorang Eric Cantona bahkan masih dapat dilihat dari permainan United saat ini terutama dari pemain-pemain Class of ’92 seperti Paul Scholes, David Beckham, Ryan Giggs dkk yang memiliki cara bermain yang berbeda dengan rata- rata pemain Inggris yang sebelumnya kental tradisi Kick & Rush. Selain pemain, para fans juga tidak pernah melupakan The King Cantona, mereka masih sering menyanyikan lagu puja-puji tentang Eric Cantona yang sangat popular yaitu ‘Ooh.. Aah.. Cantona’. Kalau kita ingat kembali tahun 1992, Eric Cantona saat itu dianggap sebagai pemain yang temperamental dan tidak terkontrol, seorang petualang yang tidak pernah betah bertahan lama di sebuah klub. Tapi betapa salahnya anggapan itu karena bersama Manchester United, sihir Cantona sukses menyilaukan semua orang dan menjadikannya salah satu sosok paling berpengaruh pada persepakbolaan Inggris.LUARBIASA!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar